Langsung ke konten utama

Postingan

Sejarah Penamaan Desa

Sejarah Penamaan Desa Leran, Kec. Manyar, Kab. Gresik Nama: M. Firdaus Ramadhani Nim: 170110301034 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa sebagai kesatuan terkecil di Indonesia, memiliki karakter tersendiri. Hal ini disebabkan karena masing-masing wilayah di Indonesia terbentuk melalui proses sejarah panjang dan berbeda-beda. Pembangunan pedesaan adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Karena pembagunan di pedesaan bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, maka usaha ini harus dirancang secara jelas dan tegas karena peningkatan produksi dan produktivitas.             Masyarakat yang mandiri dapat tercipta dari pembangunan desa. Bukan saja untuk kepentingan masyarakat itu sendiri, namun juga untuk kepentingan nasional secara umum, yang berarti bahwa pembangunan pedesaan mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam meletakan dasar-dasar pembangunan nasional. Dengan keadaan seperti itu ma
Postingan terbaru

Undang-undang Pedesaan

Sejarah Undang-undang tentang pedesaan dimulai pada tahun 1854 pemerintahan kolonial Belanda mengeluarkan  “ Regeeringsreglement”  yang merupakan cikal-bakal pengaturan tentang daerah dan Desa. Dalam pasal 71 (pasal 128.I.S.) menegaskan tentang kedudukan Desa, yakni: Pertama, bahwa Desa yang dalam peraturan itu disebut  “inlandsche gemeenten”  atas pengesahan kepala daerah (residen), berhak untuk memilih kepalanya dan pemerintah Desanya sendiri. Kedua, bahwa kepala Desa itu diserahkan hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan memperhatikan peraturan-peraturan (regulasi) yang dikeluarkan oleh gubernur jenderal atau dari kepala daerah (residen). Berdasarkan Ordonansi tanggal 3 Februari 1906, lahirlah peraturan yang mengatur pemerintahan dan rumah tangga Desa di Jawa dan Madura. Peraturan itu, yang dimuat dalam  Staasblad  1906 N0. 83, diubah dengan  Staablad  1910 No. 591,  Staadblad . 1913 No. 235 dan  Staadblad , 1919 No. 217 dikenal dengan nama  “Islandsche

Review Buku Masyarakat Desa dalam Perubahan Zaman: Sejarah Diferensiasi Sosial di Jawa 1830-1980

Judul Buku: Masyarakat Desa dalam Perubahan Zaman: Sejarah Diferensiasi Sosial di Jawa 1830-1980 Penulis       : Frans Husken Penerbit     : PT. Grasindo Buku ini merupakan sebuah kajian hasil penelitian antropologis yang memadukan dengan disiplin ilmu-ilmu social yang lainnya terutama sosiologi dan sejarah. Penulisan buku ini baru dimulai pada tahun 1974 dimana kali pertama Frans Husken mengunjungi Indonesia untuk persiapan penelitian. Namun secara intensif baru dilakukan dari tahun 1975-1978. Salah satu hal yang menarik perhatian peneliti tidak hanya merekam berbagai perubahan yang terjadi di pedesaan Jawa, tetapi juga karena menempatkan penelitiannya dalam perspektif dan kurun waktu setengah abad (1830-1980). Dari aspek sejarah, bagaimana Husken menggambarkan masyarakat Jawa dari berbagai periode. Pada intinya dapat dikatakan setiap periode tersebut terdapat kebijakan ekonomi dan politik yang berbeda sehingga menimbulkan diferensiasi sosial yang dibedakan atas dua kelas yait
Amangkurat I Oleh : M. Firdaus Ramadhani            Cristina Anggasari            Norma Afrizatul Jannah BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakan g Berdirinya keraton Mataram erat kaitannya dengan perjalanan sejarah keraton Pajang. Pada tahun 1568, Jaka Tingkir naik tahta di kerajaan Pajang dan bergelar Sultan Hadiwijaya. Kedudukan Sultan Hadiwijaya direstui oleh Sunan Giri yang merupakan seorang wali sekaligus penasihat politik Jawa bagianTimur. Sultan Hadiwijaya yang arif bijaksana segera mendapat pengakuan dari adipati di seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan salah seorang anak Sultan Prawata (Raja Demak yang ke-4) yaitu Arya Pangiri diangkat menjadi Adipati Demak. Kelahiran kerajaan Mataram juga tidak dapat dipisahkan dari seorang tokoh Ki Ageng Pemanahan dan dianggap sebagai seorang yang berhasil oleh Sultan Hadiwijaya (Penguasa kerajaan Pajang) dalam mengalahkan Arya Penangsang melalu tangan anaknya Danang Sutawijaya. Sultan Hadiwijaya berusaha menegakka